Selasa, 03 Mei 2011

hari perpisahan (sesalku tiada akhir)

lirik lagu yui "Good bye days" sangat menginspirasiku tentang arti sebuah perpisahan yang berharga yang membuatku berfikir keras, dan film yang di bintangi yui sangat mirip dengan yang aku alami di dunia nyata,,, walaupun sangat berbeda, yang q ambil hanyalah perpisahan yang sangat tragis itu inilah lagu yui itu beserta artinya ke adalam bahasa indonesia ............

Dakara ima ai ni yuku, sou kimetanda
Poketto no kono kyoku wo kimi ni kikasetai
Sotto boryumo wo agete tashikamete mitayo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari ki ga suru
Kinou made ni SO LONG
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA LA WITH YOU

Katahou no EARPHONE wo kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu kono shunkan
Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo

OH GOODBYE DAYS ima
Kawari hajimeta mune no oku ALLRIGHT
Kakkou yokunai yasashisa ga soba ni aru kara
LA LA LA LA NOW WITH YOU

Dekireba kanashii omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de "YEAH HELLO MY FRIEND"
Nante sa ieta nara ii noni

Onaji uta wo kuchizusamu toki
Soba ni ite I WISH
Kakkou yokunai yasashisa ni aeta yokatta yo
LA LA LA LA GOODBYE DAYS

-----------------------------------------------------

Ada alasannya mengapa sekarang aku memutuskan untuk menemuimu
Aku ingin memperdengarkan padamu sepotong lagu dalam sakuku ini
Sambil pelan-pelan menaikkan suaranya (volume) untuk memastikan semua baik-baik saja

Sekarang, hari perpisahan
Aku tahu perasaan ini akan berubah
Sampai kemarin (hari-hari yang kita lalui terasa) begitu lama
(Hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu

Menyerahkan padamu salah satu sisi earphone-ku
Perlahan-lahan saat lagu mulai terdengar
(Aku pun berpikir) apakah aku bisa mencintaimu dengan baik?
Dan sesekali aku merasa bimbang

Sekarang, hari perpisahan
Segalanya mulai berubah, tapi sesuatu dalam hatiku baik-baik saja
(Seperti sebelumnya, hari-hari yang) terlarang tapi tetap berkesan
Saat aku bersama denganmu, sekarang

Kalau bisa aku tidak ingin bersedih, bagaimana tidak siapnya perasaanku
Tapi kau datang kan?
Waktu itu dengan tersenyum, (tak tahu) bagaimana aku akan mengatakan "Hai, teman" dengan baik

Saat menyenandungkan lagu yang sama
Aku berharap ada di sisimu
Hari perpisahan yang tidak menyenangkan
Tapi aku senang bertemu denganmu

-----------------------------------------------------
--> Read more...

Rabu, 23 Maret 2011

Renungkan

http://www.processtext.com/abclit.html
1001 Burung Kertas
Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari
keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga
kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang
petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000
buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung
kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah
menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan
kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan
melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang
bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang
diberikan kepada July.
Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan
kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas
yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini
burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya
kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan
kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek
nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “
Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “
Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan
untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata
orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai
marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan
sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.
Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses
dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam
Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana
ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan
yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu.
Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Reo pun berkelilingkotadengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang
suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh
dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya
dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk
memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat
kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.
Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang
dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July
dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam
http://www.processtext.com/abclit.html
July untuk menemui orang tua July.
Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami
habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan
sebuahsuratkepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”
Orang tua July menyerahkan sepucuksuratkumal kepada Reo.
Reo membacasuratitu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena
kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal
ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan
sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran.
Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Reo................................
July “ Setelah membacasuratitu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap
July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia
mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa
July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa
July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih
memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah
berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk
orang yang sangat berarti bagi kita
Diceritakan ulang oleh
Thomas KMK St Petrus
Email:my_real_heart@yahoo.com
Air Mendidih
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan
mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana
menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya
setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan
menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh
wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di
panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam
dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah.
Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di
mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan
http://www.processtext.com/abclit.html
menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi"
jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel
itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk
mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa
ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing
menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus,
wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa
cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air,
bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya.
"Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu
wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi
dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan
kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang
dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan
menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit
dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang
menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat
Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu
seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi
semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
Belajar Mencintai Dari Cicak
Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok.
Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari
http://www.processtext.com/abclit.html
kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara
ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuahsurat. Dia merasa kasihan
sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengeceksuratitu, ternyatasurattersebut telah
ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap
selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun,
itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akan.
Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun
tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat padasuratitu!
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang
dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu
darimana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di
mulutnya....AHHHH!
Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu
memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan
yang kecil seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja
sebuah keajaiban.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti
memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil
itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang
hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara
perempuan..... Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk
mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak
diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang
kita kasihi. JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!
http://www.processtext.com/abclit.html
Kisah ini berasal dari Jepang.
Bintang Laut
Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil
menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai. Di kejauhan dilihatnya seorang
anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran;
'Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam
air?'. Tanyanya.
'Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang
terdampar itu akan segera mati kekeringan.' Jawab si kecil itu.
'Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya.' Kata lelaki tua itu sambil
menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. 'Lagi pula
ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh
mempunyai arti yang besar.' Lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata
sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan
hidup.
'Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang
satu ini.' Kata si kecil itu.
-------------
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita
lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil.
Tarsis Sigho
Email:tarsis@catholic.org
Biola
http://www.processtext.com/abclit.html
Kisah Biola dan Segala Sesuatu Yang Tak Dapat Diubah
Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser
untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi
orkestra penuh.
Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya
tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar
biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia
tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap
bermain,mereka berdiri dan berteriak, "Hebat, hebat."
Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk.
Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini
memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk
meneruskan bagian akhir dari lagunya itu. Dengan mata berbinar dia berteriak,
"Peganini dengan satu senar." Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai
memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat
terkejut dan kagum pada kejadian ini.
MAKNA: Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan dan semua hal
yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu
mengkonsentrasikan pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak
dapat ubah.
Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yang putus dalam hidup Anda?
Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi? Jika demikian, saya ingin
menganjurkan jangan melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar satu-satunya
itu. Mungkinkanlah itu dengan indahnya. Tuhan akan menolong Anda.
Garam & Telaga
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang
anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka
yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang
bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam,
dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam
gelas, lalu diaduknya perlahan.
"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.
http://www.processtext.com/abclit.html
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit
tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam
hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga
yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam
telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta
riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu,
Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".
"Segar.", sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak
kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. "Tapi,
kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu
semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan
kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah
dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan
itu." Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu
meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si
orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain,
yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa
Hadiah Cinta Seorang Ibu
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh
kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut
yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter
yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi
itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
http://www.processtext.com/abclit.html
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi
seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak
aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke Rumah dan
membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak
lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata,
"Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai
teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan
menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya
kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?"
Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu
bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.
"Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus
ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkannya pada mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya,
"Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya
padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi.
Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya
yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari
sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang
diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah
bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar
namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang
yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
"Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia
ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
http://www.processtext.com/abclit.html
Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah
dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal.
Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur
kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah .... bahwa sang ibu tidak memiliki
telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan
rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah
kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun didalam hati.
Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa
yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah
dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak
diketahui.
Hadiah yang Lebih Berharga
Parapenumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan
menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar
sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai
menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk,
meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan, tiga puluh empat, menjadi buta. Gara-gara salah
diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita,
penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri.
Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib
mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan
menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku ?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras
karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau
berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu -- penglihatannya takkan pernah
pulih lagi.
http://www.processtext.com/abclit.html
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu
seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya
frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira
Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan
tenggelam dalam keputus asaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan
kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri
lagi.
Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi
darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah
dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke
kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi
kekotasendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun
tempat kerja mereka terletak di pinggirkotayang berseberangan.
Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa
melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling
sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru -- membuat mereka
terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan
dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah
membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah.
Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar
gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta !" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa
tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku" Mark sedih mendengar
kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi
dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan,sampai Susan hafal
dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam
militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari
Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama
pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi
http://www.processtext.com/abclit.html
dengan lingkungan yang baru. Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan
sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya.
Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan
ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh
berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark
akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama,Mark
yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark
percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu
kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan
apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang
diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi
kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air
mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat
berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis...Setiap hari dijalaninya dengan sempurna. Belum pernah
Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi,seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia
membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata : "Wah,aku iri padamu".
Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang
bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan
keberanian untuk menjalani hidup?
Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri
kepadaku?" Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti
itu"
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu ?"
Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer
berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan
bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau
masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer,
lalu pergi. Kau wanita yang beruntung",kata sopir itu.
http://www.processtext.com/abclit.html
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat
melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat
beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada
penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri
-- hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.
Meja Kayu
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu,
tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini
begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara
berjalannya pun ringkih.
Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun
ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,
membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke
bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua
ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan
semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja
kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap
makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk
kayu untuk si kakek. Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka,
terdengar isak sedih dari sudut ruangan.Adaairmata yang tampak mengalir dari gurat
keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak
menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam,
sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan
kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya
menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku
besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan."
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua
orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu,
airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang
terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja
makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang
tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja
utama.
http://www.processtext.com/abclit.html
Author Unknown
Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati,
telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna
setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita
memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh
mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap
"bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.
Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan
kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa
berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.
Terima kasih telah membaca
Hope you are well and please do take care.
Memperbaiki Boneka
Liping, gadis kecil disuruh ibunya ke toko 7 Evelen dekat rumahnya untuk membeli
sesuatu, dengan pesanan untuk segera kembali ke rumah setelah membeli barang yang
dimaksud. Namun sejam...dua jam kini telah berlalu. Liping belum juga kembali dan
hal ini membuat ibunya penasaran dan cemas.
"Ke mana saja engkau pergi?" Tanya ibunya dengan teriakan keras ketika Liping
akhirnya muncul di depan pintu. "Mami...maafkan Liping. Aku tahu kalau aku
terlambat pulang." Kata Liping penuh penyesalan. "Tapi...tadi boneka Lingling, teman
Liping, rusak. Aku harus membantunya memperbaiki boneka itu." Lanjut Liping
menjelaskan.
"Engkau membantu Lingling memperbaiki bonekanya? Bagaimana caranya engkau
memperbaikinya?" Lanjut ibunya dengan penuh rasa heran. "Jujur bu...,saya tak
mampu perbaiki bonekanya...saya hanya duduk di samping Lingling dan menangis
bersamanya." Lanjut Liping.
-. Tertawalah bersama mereka yang tertawa dan menangislah bersama mereka yang
menangis.
-. Sahabat adalah ia yang senantiasa berada di sampingku, bahkan juga di saat ketika
dunia seakan mati.
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@svdchina.org
Mengasah kapak
http://www.processtext.com/abclit.html
Disuatu waktu, adalah seorang pemotong kayu yang sangat kuat. Dia melamar sebuah
pekerjaan ke seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja
yang diterimanya sangat bagus. Karenanya sang pemotong kayu memutuskan untuk
bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberinya sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari
pertama sang pemotong kayu berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan
sangat terkesan dan berkata, "Selamat, kerjakanlah seperti itu!" Sangat termotivasi
oleh pujian majikannya, keesokan harinya sang pemotong kayu bekerja lebih keras
lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja
lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon.
Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin
telah kehilangan kekuatanku", pikir pemotong kayu itu. Dia menemui majikannya dan
meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat
terakhir anda mengasah kapak?" sang majikan bertanya. "Mengasah? Saya tidak punya
waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon."
Catatan:
Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi
mempunyai waktu untuk mengasah kapak. "Pada istilah sekarang, setiap orang lebih
sibuk dari sebelumnya, tetapi lebih tidak berbahagia dari sebelumnya.
Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam? Tidaklah
salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian
sibuknya sehingga mengabaikan hal2 yang sebenarnya sangat penting dalam hidup,
seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dlsb. Kita semua
membutuhkan waktu untuk relaks, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan
bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul
dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih
efektif dan menambahkan banyak nilai kedalamnya.
Disadur secara bebas dari: Sharpen The Axe
Menundukkan Kepala
Seorang petinggi pemerintah. Demi meningkatkan pamor pribadinya ia datang
mengunjungi seorang guru yang terkenal di daerah itu. Namun malangnya. Ketika ia
hendak masuk ke pondok sang guru, kepalanya terbentur menabrak palang pintu yang
memang begitu rendah. Kepalanya mengucurkan butir darah dan ia nampak amat
kesakitan sambil berteriak-teriak.
Sang guru setelah memperhatikan petinggi pemerintah tersebut, lalu berseru;
“Nampaknya engkau amat kesakitan! Saya pikir ini merupakan hadiah terbesar yang
kamu peroleh hari ini. Proficiat!!”
http://www.processtext.com/abclit.html
“Apa katamu?? Hadiah terbesar? Tidakkah engkau lihat bahwa darah sedang mengucur
turun dari dahiku?” Ujar sang petinggi pemerintah tersebut dengan nada suara yang
membumbung tinggi.
“Benar!!!” Jawab sang Guru. “Ketika engkau telah mencapai puncak bukit, engkau
harus berusah untuk turun lagi ke kaki gunung tersebut.” Kata sang guru sambil
memandang tamu agungnya. Dan....engkau harus belajar menundukan kepala agar
agar dahimu tidak tersobek oleh palang pintu lagi.
------------------------
-.) Yang meninggikan dirinya, ia akan direndahkan. Sebaliknya, yang merendahkan
dirinya ia akan ditinggikan.
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@svdchina.org
Mimi: Sang Tikus
Adaseekor tikus kecil bernama Mimi. Suatu hari ketika pergi ke sekolah, teman-teman
kelasnya berteriak mengganggu dan mengolok-oloknya dengan berkata: ‘Hei tikus
gembrot.’ Tentu saja Mimi mencucurkan air mata kesedihan karena ia tak tahan
menerima perlakuan tak bersahabat dari teman-temanya itu. Namun ia tak pernah
membalas dendam. Ia cuman membalas olokan tersebut dengan senyuman khasnya.
Setelah lewat beberapa waktu, keajaiban terjadi. Teman-temannya berhenti
mengoloknya. Dengan rasa agak malu Mimi bertanya mengapa mereka tidak lagi
mengoloknya.
Mereka menjawab: 'Kami menemukan bahwa engaku adalah orang yang ramah dan
tetap bermurah hati walaupun diperolok oleh orang lain.
Pada hal teman kelas kita yang lain sudah naik pitam dan marah-marah ketika kami
mengolok mereka dengan olokan yang sama.'
Teman-temannya itu dengan nada penyesalan serta dengan agak cemas bertanya:
'Bolehkah kita tetap menjadi teman yang baik?'
Sambil melonjat gembira Mimi menjawab: 'Tentu saja!!!'
Sejak itu Mimi bersama teman-teman yang suka mengoloknya itu menjadi teman yang
sangat akrab.
-------------------------
-.) Jangan pernah menilai orang lain dengan bertolak dari penampakan lahiriahnya.
-.) Bila anda dihina janganlah anda membalasnya dengan hinaan, karena besi bila
bertemu besi akan mendatangkan api.
http://www.processtext.com/abclit.html
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@svdchina.org
Minum Teh
Sekelompok orang tua yang beradab yang hidup sebelum revolusi budaya di Cina.
Mereka membentuk sebuah kelompok di mana mereka akan ada bersama-sama saling
tukar-menukar kebijaksanaan tua yang diturun- temurunkan sejakKongfucius,MoTze
dan Chuang Tze. Di samping itu mereka akan bersama-sama menikmati minuman teh.
Secara bergilir mereka berperan menjadi tuan rumah dan masing-masingnya berusaha
menghidangkan teh terbaik atau termahal untuk menyenangkan tamu- tamunya, serta
untuk mendapatkan pujian dari mereka.
Suatu saat mereka berkumpul bersama di rumah dari seorang yang paling dihormati
dalam kelompok tersebut. Ia menghidangkan tehnya dengan cara serta ritus istimewa.
Ia mengukur daun teh dengan menggunakan senduk yang terbuat dari emas. Tamutamu
yang hadir tak ada yang berkata-kata karena mereka tahu kalau teh yang
dihidangkan itu adalah teh yang termahal yang belum pernah dihidangkan sebelumnya.
Semua merasa puas setelah mencicipi teh istimewa yang disuguhkan itu.
Sambil memperhatikan para tamunya yang sedang menikmati minuman istimewa itu,
sang tuan rumah berkata; “Teh istimewa yang kamu minum ini sesungguhnya dibeli di
pasar malam yang dijual oleh para petani sederhana. Ia sama dengan yang diminum
oleh para petani kecil. Hendaknya kita belajar bahwa segala sesuatu yang baik tidak
tergantung pada mahalnya harga dari barang tersebut, tetapi tergantung pada berapa
besar penghargaan dan apresiasi yang kita berikan terhadap barang tersebut.”
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@svdchina.org
Mungkin Ya, Mungkin Tidak
Pada jaman dahulu, ada sebuah desa di mana tinggal seorang tua yang sangat
bijaksana. Penduduk desa percaya bahwa orang tua itu selalu dapat menjawab
pertanyaan mereka atau memecahkan persoalan mereka. Suatu hari, seorang petani di
desa itu datang menemui orang tua yang bijak ini dan berkata dengan putus asa, “Pak
http://www.processtext.com/abclit.html
Tua yang bijaksana, tolonglah saya. Saya sedang mendapat musibah. Kerbau saya mati
dan saya tak punya binatang lain yang dapat membajak sawah! Bukankah ini musibah
paling buruk yang menimpa saya?” Orang tua yang bijak tersebut menjawab, “Mungkin
ya, mungkin tidak.” Petani itu bergegas kembali ke desa dan menceritakan kepada
tetangga-tetangganya bahwa orang tua yang bijak itu kini sudah menjadi gila. Tentu
saja inilah musibah terburuk yang dialaminya. Mengapa orang tua itu tidak melihatnya?
Namun, keesokan harinya tiba-tiba muncul seekor kuda yang masih muda dan kuat di
dekat tanah milik petani itu. Karena tak punya kerbau lagi untuk membajak sawahnya,
petani itu berpikir untuk menangkap kuda itu sebagai ganti kerbaunya. Dan akhirnya
ditangkapnyalah kuda itu. Betapa gembiranya si petani. Membajak sawah tak pernah
semudah ini rasanya. Ia datang kembali ke orang tua yang bijak itu dan meminta maaf,
“Pak Tua yang bijaksana, Anda memang benar. Kehilangan kerbau bukanlah musibah
yang paling buruk yang menimpa diri saya. Inilah rahmat terselubung bagi saya! Saya
tak akan pernah bisa memiliki kuda baru seandainya kerbau saya tidak hilang. Anda
pasti setuju bahwa inilah hal terbaik yang pernah saya dapatkan.” Orang tua itu
menjawabnya sekali lagi, “Mungkin ya, mungkin tidak.” Lagi-lagi begini, pikir si
petani. Pastilah orang tua yang bijak itu sudah benar-benar gila sekarang.!
Tetapi sekali lagi si petani tidak mengetahui apa yang terjadi. Beberapa hari
kemudian anak laki-laki si petani jatuh dari kuda yag sedang dinaikinya. Kakinya patah
dan tak bisa lagi membantu ayahnya bertani. Tidak, pikir si petani. Sekarang kami
akan mati kelaparan. Sekali lagi si petani datang menemui orang tua yang bijak itu.
Kali ini ia berkata, “Bagaimana Anda bisa tahu bahwa mendapatkan kuda bukanlah
sesuatu yang baik bagi saya? Lagi-lagi anda benar. Anak saya terluka dan tak bisa lagi
membantu saya bertani. Kali ini saya benar-benar yakin bahwa inilah hal terburuk yang
pernah menimpa saya. Sekarang pasti Anda setuju.” Tetapi seperti yang terjadi
sebelumnya, orang tua yang bijak itu dengan tenang menatap si petani dan dengan
suaranya yang sejuk berkata sekali lagi, “Mungkin ya, mungkin tidak.” Marah karena
merasa orang tua yang bijak tersebut menjad! i begitu bodoh, si petani langsung
pulang ke desanya
Keesokan harinya, datanglah tentara yang bertugas mengumpulkan semua pemuda
yang bertubuh sehat untuk dijadikan prajurit dalam perang yang baru saja meletus.
Anak laki-laki si petani adalah satu-satunya pemuda di desa itu yang tidak
diikutsertakan. Ia tetap hidup, sementara pemuda lainnya kemungkinan besar akan
mati dalam peperangan.
(dikutip dari buku “Don’t Sweat the Small Stuff”- Richard Carlson, Ph.D. )
http://www.processtext.com/abclit.html
Musuh Dalam Mimpi
Adaseorang lelaki. Suatu malam ia bermimpi buruk. Dalam mimpinya ia melihat
seorang serdadu bertopi putih, bersepatu putih. Di pinggangnya terselip sebilah
pedang yang bersarung hitam. Ketika kedua mata mereka berpapasan, serdadu
tersebut dengan serta-merta mengeluarkan kata-kata cacian, kata-kata jahat yang
sungguh pedas yang ditujukan padanya. Serdadu tersebut juga secara kejam meludahi
wajahnya. Sungguh suatu penghinaan yang teramat besar. Selama hidupnya belum
pernah ia dihina seperti ini.
Ketika bangun pagi, dipenuhi dengan perasaan yang kurang enak ia menceritakan kisah
hina yang menimpa dirinya dalam mimpi semalam. 'Sejak kecil hingga kini saya belum
pernah dihina oleh orang lain. Tapi malam tadi, saya bukan saja dihina, bahkan
wajahkupun diludahi. Aku sungguh tidak bisa terima diperlakukan secara demikian.
Aku harus menemukan orang ini dan memberikan imbalan yang setimpal.' Kata lelaki
itu penuh rasa benci sambil menggertakan giginya.
Sejak itu, setiap hari setelah bangun tidur ia akan berdiri di persimpangan jalan yang
ramai dilewati orang, dengan harapan suatu saat bisa menemukan musuh yang
dilihatnya dalam mimpi itu. Seminggu, sebulan, setahun kini berlalu. Orang yang dicari
itu tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Lelaki tersebut telah menghabiskan
separuh dari waktu hidupnya hanya demi sesuatu yang tidak nyata. Ia meracuni
hatinya sendiri dengan rasa benci hasil ciptaannya sendiri.
---------------------
- Sering kita menciptakan musuh yang tidak real, dan memupuk kebencian dalam hati
yang pada baliknya merupakan racun yang menghancurkan diri sendiri.
- Apakah andapun memupuki kebencian dalam hati anda?
- Ketahuilah: Ketika anda membenci, anda sendirilah yang menjadi korban kebencian
anda.
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@catholic.org
Secangkir Kopi
Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai kegiatan sehari, aku pasti
menyiapkan secangkir kopi. Secangkir kopi yang kental dan pahit. Ketika
kerongkonganku dibangkitkan oleh pahitnya kopi kental, isi kepalakupun seakan
terlonjat bangun. Tanpa kopi hidupku serasa mati.
http://www.processtext.com/abclit.html
Ketika minum kopi aku berpikir; 'Hidupku pun kadang butuh secangkir kopi. 'Ia butuh
pengalaman pahit. Ia harus melewati kegetiran hidup, agar aku bisa
mempertimbangkannya secara lebih matang dan mendalam, agar aku bisa mengambil
langkah baru dan memberi nilai baru. Hanya dengan itu aku bisa menjadi lebih gigih
dan kuat.
Karena itu temanku... janganlah mengeluh saat menghadapi berbagai jenis kepahitan.
Jadikanlah itu tepung kopi unggul, yang dimasak oleh pikiran yang matang untuk
menghasilkan secangkir kopi kental. Pahit tapi ahh.... enaknya...
---------------
Hemmm....sambil menikmati kopiku, kunikmati pula hidup ini.
Tarsis Sigho - Taipei
Email:tarsis@catholic.org
Segelas Susu
Suatu hari seorang bocah miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi
membiayai sekolahnya.
Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang.
Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat.
Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.
Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga.
Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas
besar susu untuk anak tersebut.
Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda ?"
"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk
tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."
Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari
lubuk hati saya yang terdalam."
Saat Howard Kelly - anak kecil yang miskin itu - meninggalkan rumah tersebut, dia
bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan
sesama manusia menjadi lebih kuat.
Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari wanita muda tersebut mengalami sakit parah.
Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu
kekotabesar untuk mendapatkan pertolongan spesialis. Dr. Howard Kelly dipanggil
untuk berkonsultasi.
http://www.processtext.com/abclit.html
Ketika ia mendengar namakotatempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat
dimana wanita tersebut dirawat. Ia langsung mengenali dan memutuskan untuk
melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya.
Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini.
Setelah melewati perjuangan panjang, peperanganpun dapat dimenangkan.
Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani biaya yang harus
dibayarkan oleh si wanita kepadanya.
Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu.
Kuintansi tersebut lalu di kirim ke kamar perawatan si wanita.
Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia
tidak akan mampu membayarnya.
Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut.
Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.
Ia membaca tulisan itu : "TELAH DI BAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU."
Tertanda, Dr. Howard Kelly.
Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan
pujian :
"Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."
Tukang Kayu
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan
konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik
perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan
bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.
Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh
kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih
kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu
tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.
Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma
menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya
dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang
melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang
http://www.processtext.com/abclit.html
kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami."
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia
mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu
akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di
sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala
kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting
dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan
menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara
yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu.
Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang
papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaikbaiknya
seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun
kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh
keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari
perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk
dalam barisan kemenangan.
(adapted from "The Builder", Unknown, thanks to Cecilia Attal) "Hidup adalah proyek
yang kau kerjakan sendiri".
Notes :
Semoga Kumpulan Renungan Ini Dapat Bermanfaat Dan Dapat Menerangi Hati Kita ….
Sumber : http://www.pondokrenungan.com
--> Read more...

 

  © 2009 Alfahmi Crew

True Contemplation Blogger Template by M Shodiq Mustika